Sunday, September 23, 2007

Jika engkau sahur nanti......

Oleh : Abu Al-Jauzaa'


1. Hukum Sahur

Hukum makan sahur adalah sunnah, berdasarkan hadits dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :

تسحروا فإن في السحور بركة

“Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat barakah” (HR. Bukhari no. 1823 dan Muslim no. 1095).

Imam Nawawi rahimahullah berkata : “Para ulama telah bersepakat tentang sunnahnya makan sahur dan bukan suatu kewajiban” (Syarah Shahih Muslim 7/207).

Penganjuran sahur sangat ditekankan kepada kaum muslimin walau hanya dengan seteguk air, kerana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

السحور أكله بركة فلا تدعوه ولو أن يجرع أحدكم جرعة من ماء فإن الله عز وجل وملائكته يصلون على المتسحرين

“Sahur adalah makanan yang penuh barakah. Maka janganlah kalian meninggalkannya sekalipun salah seorang di antara kalian hanya minum seteguk air. Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur” (HR. Ahmad no. 11101 dengan sanad hasan. Lihat Shahihu Jami’ish-Shaghiir no. 3683).

2. Keutamaan Sahur

a. Dalam sahur terdapat barakah.

b. Pujian Allah dan doa para malaikat terhadap orang-orang yang makan sahur.

c. Menyelisihi puasa ahlul-kitaab.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر

“Perbezaan antara puasa kita dengan puasa Ahli Kitab terletak pada makan sahur” (HR. Muslim no. 1096).

3. Waktu Sahur

Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu makan sahur sampai menjelang terbit fajar, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengakhirkan sahur sampai menjelang shalat shubuh tiba. Telah diriwayatkan dari Anas radliyallaahu ‘anhu dari Zaid bin Tsabit bahwa dia pernah berkata :

تسحرنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ثم قام إلى الصلاة قلت كم كان بين الأذان والسحور قال قدر خمسين آية

”Kami pernah makan sahur bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, kemudian kami berangkat sholat (shubuh). Maka saya berkata : “Berapa lama jarak antara adzan dan makan sahur? Beliau menjawab : خمسين آية (kira-kira bacaan lima puluh ayat dari Al-Qur’an)" (HR. Bukhari no. 1821 dan Muslim no. 1097).

4. Bagaimana Jika Kita Sedang Makan Sahur, Adzan Berkumandang ???

Sebahagian masyarakat berpandangan, jika kita sedang makan sahur dan adzan telah berkumandang, maka kita wajib berhenti dari makan dan minum dan memuntahkan/membuang apa-apa yang ada di dalam mulut kita. Ini adalah pandangan yang keliru. Mari kita semak hadits berikut :

Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إذا سمع أحدكم النداء والإناء على يده فلا يضعه حتى يقضي حاجته منه

“Jika salah seorang kalian mendengar panggilan (adzan) sedangkan bejana (minumnya) ada di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya hingga ditunaikan hajatnya dari bejana (tersebut)” (HR. Ahmad no. 10637 dan Abu Dawud no. 2350 dengan sanad hasan; lihat Al-Jaami’ush-Shahiih 2/418-419 oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i).

أقيمت الصلاة والإناء في يد عمر قال أشربها يا رسول الله قال نعم فشربها

“Pernah iqamah dikumandangkan sedangkan bejana masih di tangan Umar (bin Khaththab) radhiyallaahu ‘anhu. Dia bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam : Apakah aku boleh meminumnya?”. Beliau menjawab : “Boleh”. Maka Umar pun meminumnya” (HR. Ibnu Jarir 3/527/3017 dengan dua sanad darinya; shahih).

Bila ditaqdirkan adzan telah dikumandangkan sedangkan kita masih bersantap sahur, maka hendaklah kita selesaikan makan kita dengan tenang, tidak terburu-buru, baru kemudian shalat shubuh.

Dari penjelasan di atas, kebiasaan masyarakat mengumandangkan waktu imsak (dengan siren, beduk, atau pengumuman) sekitar 15 minit sebelum shubuh merupakan kebiasaan tanpa dalil yang kurang tepat. Selain tidak ada contohnya daripada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat, secara bahasa pun tidak dapat dibenarkan. Karena imsak secara bahasa bermaksud menahan diri (untuk tidak makan dan minum). Sedangkan dalam Islam, waktu imsak itu sendiri adalah dengan terbitnya fajar (dikumandangkannya adzan shubuh). Adapun waktu 15 minit sebelum shubuh masih merupakan waktu yang utama untuk melaksanakan makan sahur. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

5. Membangunkan Orang untuk Sahur ?

Ada satu sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang ditinggalkan oleh banyak kaum muslimin tentang hal ini, dan mereka menggantinya dengan sesuatu yang lain (yang bukan berasal dari beliau). Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa sebagai berikut :

أن بلالا كان يؤذن بليل فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم
كلوا واشربوا حتى يؤذن بن أم مكتوم فإنه لا يؤذن حتى يطلع الفجر


“Sesungguhnya Bilal adzan pada waktu malam. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‘Makan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum adzan. Karena dia tidak akan adzan kecuali setelah terbitnya fajar shadiq” (HR. Bukhari no. 1819).

Dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لا يمنعن أحدا منكم أذان بلال أو قال نداء بلال من سحوره فإنه يؤذن أو قال ينادي بليل ليرجع قائمكم ويوقظ نائمكم

“Janganlah adzannya Bilal itu menghalangi salah seorang di antara kalian dari sahurnya. Karena Bilal menyerukan adzan di malam hari supaya orang-orang yang shalat malam kembali beristirahat sejenak dan orang yang masih tidur segera bangun” (HR. Bukhari no. 596 dan Muslim no. 1093).

Hadits di atas menjelaskan pada kita bahwa di zaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, adzan dilakukan dua kali. Adzan pertama dilakukan saat fajar kadzib tiba (waktu utama melaksanakan sahur – sepertiga malam terakhir), dan adzan kedua dilakukan saat waktu shubuh (fajar shadiq) .

6. Tamr adalah Sebaik-Baik Makanan untuk Sahur

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

نعم سحور المؤمن التمر

“Sebaik-baik makanan sahur seorang mukmin adalah tamr” (HR. Abu Dawud no. 2345 dan Baihaqi 4/237 dengan sanad shahih).

Tamr adalah kurma kering yang telah masak dan berwarna coklat tua (sebagaimana umum dijual di pasaran).

7. Tidak Tidur Setelah Shalat Shubuh

Para ulama telah menjelaskan tentang dibenci tidur setelah shalat shubuh. Dalil yang mendokongnya adalah :

عن صخر الغامدي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اللهم بارك لأمتي في بكور

Dari Sakhr Al-Ghamidi ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :”Ya Allah, berkatilah bagi ummatku pada pagi harinya” (HR. Abu Dawud no. 2606, Ibnu Majah no. 2236, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122 dengan sanad shahih).

Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya mempersiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata : “Termasuk hal yang makruh bagi mereka – yaitu orang soleh – adalah tidur antara shalat shubuh dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan waktu tersebut dari orang-orang soleh, sampai walaupun mereka berjalan sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rezeki, adanya pembahagian, turunnya keberkatan, dan darinya hari itu bergilir dan mengembalikan segala kejadian hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka sayugianya tidurnya pada saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).

Hendaknya seorang muslim menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya di bulan Ramadlan. Setelah shalat shubuh, ia menggunakannya untuk berdzikir, membaca Al-Qur’an, atau kegiatan positif lainnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :

من صلى الغداة في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس
ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة قال
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تامة تامة تامة


“Barangsiapa shalat Shubuh berjama’ah, kemudian duduk dan berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian ia shalat dua raka’at (yaitu shalat Dluha/Isyraq), ia akan memperoleh pahala ibadah haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna” (HR. Tirmidzi no 586 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi 1/181).


Wallaahu a'lam.

http://myquran.org/forum/index.php?topic=23998.0;wap2

No comments:

Post a Comment